Hakikat Psikologi Pendidikan




Gambar terkait


Hakikat Psikologi
Berbicara mengenai Psikologi pendidikan tentu tidak lepas dari dua kata psikologi dan pendidikan, namun sebelum kita bahas tentang hakikat psikologi pendidikan baiknya kita bahas mulai dari psikologi itu sendiri. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Psyche” yang berarti jiwa atau roh, dan “logos “ yang berarti ilmu pengetahuan. Berdasarkan dari arti perkata tersebut dapat dimaknai bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau roh yang berarti mempelajari sesuatu yang tidak nampak oleh mata secara langsung. Secara umum psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau dapat disebut juga ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Menurut Crow & Crow : psychology is the study of human behavior and human relationship. Dari kata tersebut jelas bahwa psikologi mempelajari tentang tingkah laku manusia, yakni ilmu yang mempelajari cara berinteraksi dengan alam luar.
(Kenneth Clark dan George Millter, 1970). Psikologi didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Ruang lingkupnya mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati seperti gerak tangan, cara berbicara, perubahan kejiwaan dan proses  yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi. Caplin (Syah, 1997 / hal. 8) mendefinisikan psikologi sebagai “the science of human and animal behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment” (Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan). Sedangkan menurut Richard Mayer, 1981: Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahamiperilaku manusia.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia lewat gejala-gejala jiwa yang tampak dalam dirinya sebagai hasil dari penggunaan segala sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri. Psikologi mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia, tetapi tingkah laku dan pengalaman manusia sangatlah kompleks, untuk itu para ahli psikologi tidak hanya mempelajari atau mencoba untuk mengerti tingkah laku manusia secara sederhana, tetapi berpikir tentang berbagai faktor yang mempengaruhi tingkah laku.

Hakikat Pendidikan
Setelah panjang lebar kita membahas tentang apa itu hakikat psikologi kini kita beranjak menuju hakikat pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997 / hal.10) Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Dictionary of Psychology (Syah, 1997 / hal. 11) Pendidikan diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes etc. Usually the term is applied to formal institution. Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah, madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Menurut UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional: Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan. Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. John Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses tanpa akhir (education is the process without end). Dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (daya intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Dr. Mohammad Fadhil al- Djamaly berpendapat bahwa pendidikan adalah proses mengarahkan derajat kemanusiaan sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (wikipedia). Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.”
Dari berbagi defini diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah suatu usaha yang dilakukan manusia dewasa kepada manusia yang belum dewasa melalui pembelajaran, pemberian materi agar anak itu dapat menjawab tantangan diluar dan mampu ikut dan aktif dalam sistem peradaban yang akan datang. Arti lainya yakni agar anak tersebut bisa dan mampu dalam menjalani hidup kelak dengan ilmu yang didapatnya melalui pendidikan formal, nonformal maupun informal.
Hakikat Psikologi Pendidikan
Telah kita bahas mengenai psikologi dan pendidikan secara terang dan jelas apa itu psikologi apa itu pendidikan. psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dan pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia dewasa kepada manusia yang belum dewasa melalui pembelajaran dan materi-materi yang sesuai dengan usia dan kurikulumnya. Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna. menurut Barlow (1985) psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sunber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Definisi psikologi pendidikan yang dikemukakan oleh Barlow tersebut lebih memberikan tekanan pada sekitar proses interaksi antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai objek yang belajar didalam kelas. Salah seorang guru besar psikologi University of New York City, Arthur S. Robert (1998) dalam Muhibbin (1995:12) psikologi pendidikan merupakan subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori-teori dan masalah-masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut: Penerapan prinsip-prinsip dalam kelas, Pengembangan dan pembaruan kurikulum, Ujian evaluasi bakat dan keterampilan, Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif dan Penyelenggaraan pendidikan keguruan. Dari pendapat para pakar psikologi diatas, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan satu kajian ilmiah yang (rasional, sistematis dan empiris) yang berfokus pada kajian masalah – masalah psikologis dalam mempelajari dan memahami gejala –gejala psikologis individu, kelompok maupun sosial dalam pelaksanaan proses pengajaran dan pembelajaran ( interaksi pendidik dengan peserta didik), dan stakeholders dalam dunia pendidikan. Psikologi pendidikan terutama terfokus pada proses, dimana informasi, keterampilan, nilai, dan sikap diteruskan dari guru ke siswa ke dalam kelas. Psikologi pendidikan juga mencoba untuk membantu siswa dengan menerapkan pengertian metode psikologis untuk menyelesaikan masalah dalam situasi belajar dan mengajar.
Tujuan Psikologi Pendidikan
Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat dirumuskan beberapa tujuan studi psikologi pendidikan, antara lain :
a.       Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
b.      Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya
c.       Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2.       Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.       Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
      Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian
Opreasional / Praktik Psikologi Pendidikan
Telah kita bahas diatas tentang hakekat psikologi, pendidikan, dan psikologi pendidikan secara jelas. Kini kita beralih menuju operasional/praktik psikologi pendidikan. Praktik psikologi pendidikan yakni dengan menggunakan metode – metode riset. Ada banyak sekali metode riset yang dapat digunakan, metode utama yang digunakan peneliti pendidikan untuk mempelajari sekolah, guru, siswa, dan pengajaran adlah eksperimen, studi korelasi, dan rise deskripsi.
Eksperimen
Dalam eksperimen, peneliti dapat menciptakan perlakuan khusus dan menganilis dampaknya. Dalam eksperimen ada jenis eksperimen lain seperti :
Eksperiman laboratorium, eksperimen ini membuat penelitinya menciptakan keadaan yang sangat semu (artifisial) dan terstruktur yang ada untuk jangka waktu yang sangat singkat. Keunggulan eksperimen laboratorium ialah bawha eksperimen itu memungkinkan peneliti melakukan tingkat kontrol yang sangat tinggi terhadap semua faktor yang terlibat dalam studi tersebut. Studi semacam itu mempunyai tingkat validitas internal yang tinggi, yang berarti bahwa kita dengan yakin dapat menghubungkan setiap perbedaan yang mereka temukan dengan perlakuan itu sendiri (bukannya dengan faktor lain). Keterbatasan utama eksperimen laboratorium ialah bahwa hal lazimnya begitu semu dan begitu singkat dalam kehidupan nyata. (Robert E. Slavin, 2011, hal.21).
Eksperimen Lapangan Acak, jenis eksperimen ain yang sering digunakan dalam riset pendidikan ialah eksperimen lapangan acak (randomized field experiment) yakni dilakukan dalam kondisi yang realistis dimana orang-orang di tempatkan secara kebetulan untuk menerima perlakuan atau progam praktis yang berbeda-beda. Yang disituprogram pengajaran atau perlakuan praktis lain dalam kurun waktu yang relatif lama di kelas yang sesungguhnya dalam kondisi yang realistis (Levin, O’Donnel & Kratochwill, 2003; Mosteller & Boruch, 2012). Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan acak memberikan sumbangan penting bagi ilmu psikologi pendidikan. Eksperimen laboratorium sangat berperan penting dalam upaya peneliti membangun dan menguji teori, sedangkan eksperimen lapangan acak adalah batu ujian untuk mengevaluasi program pengajaran praktis atau perbaikan.
Eksperimen Kasus Tunggal. Salah satu jenis eksperimen yang kadang-kadang digunakan dalam riset pendidikan yakni eksperimen kasus tunggal (single-case eksperiment). Eksperimen kasus tunggal yaitu yang memelajari efek perlakuan terhadap  satu orang atau satu kelompok dengan membandingkan perilaku sebelum, selama dan setelah penerapan perlakuan tersebut. Bentuk khas jenis eksperimen ini perilaku satu siswa diamati selm beberapa hari. Kemudian program khusu dimulai, dan perilaku siswa dalam program baru tersebut diamati. Akhirnya, program itu ditarik. Jika perilaku sswa tadi membaik dalam program khusus tersebut tetapi perbaikan itu hilang ketika program itu ditarik, implikasinya ialah bahwa program tersebut telah mempengaruhi perilaku siswa tersebut.
Studi Korelasi (correlational study). Yakni riset tentang hubungan antara variabel-variabel ketika hubungan itu terjadi secara alami. Berbeda dengan eksperiman, dimana peneliti sengaja mengubah salah satu variable untuk melihat bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi variabel lain, dalam riset korelasi, peneliti memelajari variabel – variabel sebagaimana adanya untuk melihat apakah semuanya berkaitan. Variable dapat berkorelasi positif, negative, atau tidak berkorelasi.
Riset Deskriptif yakni studi yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang rinci tentang sesuatu yang menarik. Salah satu tipe riset diskriptif (descriptive research) ialah survey atau wawancara. Tipe lain, yang disebut etnografi, melibatkan pengamatan terhadap lingkungan social (seperti ruang kelas atau sekolah) dalam jangka waktu yang lama.
Riset Tindakan adalah riset yang dilangsungkan oleh pendidik diruang kelass atau sekolahnya sendiri. Riset tindakan (action research) adalah bentuk khusus riset deskriptif yang dilagsungkan oleh pendidik diruang kelas atau sekolahnya sendiri (Mills,2000; Reason & Bradbury, 2001). Di Indonesia, riset ini dikenal sebagai penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam riset tindakan, guru atau kepala sekolah dapat mencoba metode pengajaran atau strategi atau organisasi sekolah yang baru, mengumpulkan informasi tentang cara kerja metode atau strategi itu, dan menyampaikan informasi itu kepada orang lain. Karena yang terlibat dalam eksperimen tersebut adalaha pendidik itu sendiri, riset tindakan kurang mempunyai objektivitas yang ditemukan dalam bentuk riset lain, tetapi lebih mudah dipahami secara mendalam oleh guru atau pengurus di garis depan daripada yang mungkin diperoleh dalam riset yang dilakukan orang luar.

Reverensi :
Nisfa ganis.(2013). Psikologi Pendidikan. Diakses dari : https://nisfaganismefama.wordpress.com/2013/03/18/psikologi-pendidikan/
Rezki Ayana Hikmah.(2014). Tujuan Pembelajaran Psikologi Pendidikan. Diakses dari :  http://rezkiayanahikmah.blogspot.co.id/2014/04/tujuan-pembelajaran-psikologi-pendidikan.html?m=1
Elva Silviana.(2012). Educational Psychology. Diakses dari: https://prezi.com/sh8bn-qoepyf/robert-e-slavin-1994-dalam-bukunya-educational-psycholog/elva silviana
Yulia Ningsih.(2013). Psikologi pendidikan dan manfaat bagi pendidik. Diakses dari : http://yuliningsihcool.blogspot.co.id/2013/11/psikologi-pendidikan-dan-manfaat-bagi.html?m=1
Slavin, R.E. (2011). Psikologi pendidikan teori dan praktik. Jakarta : PT Indeks

TEGUH ILLAHI WIDIYANTO BUDIMAN
KELAS A
FPOK-PENDIDIKAN OLAHRAGA
PGSD PENDIDIKAN JASMANI









Comments