(RESUME) MAKNA DAN POSISI URGENIS BK DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN ( KONDISI BK DISEKOLAH, LANDASAN PSIKOLOGI, LANDASAN SOSIAL BUDAYA)
MAKNA DAN POSISI URGENIS BK DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN ( KONDISI BK DISEKOLAH, LANDASAN PSIKOLOGI, LANDASAN SOSIAL BUDAYA)
Bimbingan
dalam bahasa asing (bahasa Inggris) adalah to guide yang
memiliki arti menunjjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sedangkan
menurut Stoops dan Walquist, bimbingan adalah proses yang terus-menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum
dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat. Kita bisa ambil kesamaan dari kedua arti tersebut adalah membantu.
Sedangkan konseling menurut Rogers (1942) adalah
serangkai hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia
dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Dari pernataan tersebut mengenai
Bimbingan dan Konseling maka kita dapat ambil hubungannya yaitu, Bimbingan dan
Konseling sama-sama memiliki maksud dan tujuan untuk membantu. Lalu kata
Bimbingan yang memiliki arti mendetail tentang membantu di lengkapi oleh kata
Konseling yang lebih memfokuskan membantu dalam hal tertentu yaitu masalah
sikap dan tingkah laku seseorang.
1.
Sekolah
yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter peserta didik.
2.
Sekolah
yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi peserta didik, tetapi
tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah.
3.
Sekolah
yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”. Guru BK masih dianggap
sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah.
4.
Sekolah
yang belum memiliki manajemen BK.
Landasan Psikologis Bimbingan dan Konsling.
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu, dan beberapa
kajian tentang psikologi Yang harus diketahui konselor adalah sebagai berikut:
• Motiv dan Motivasi
• Sikap Pembawaan dan Lingkungan
• Perkembangan Individu
• Belajar
• Kepribadian
Landasan sosial-budaya
merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang
dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi
terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.
Dalam proses
konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien,
yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang
berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan
yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya,
yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d)
kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan
oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat
faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat di mana individu itu hidup.
Faktor-faktor itu di antaranya sebagai berikut. (John J. Pietrofesa dkk., 1980;
M. Surya & Rochman N., 1986; dan Rochman N., 1987).
a.
Perubahan
Konstelasi Keluarga
b.
Perkembangan
Pendidikan
c.
Dunia
Kerja
d.
Perkembangan
Kota Metropolitan
e.
Perkembangan
Komunikasi
f.
Seksisme
dan Rasisme
g.
Kesehatan
Mental
h.
Perkembangan Teknologi
i.
Kondisi
Moral dan Keagamaan
j.
Kondisi
sosial Ekonomi
TEGUH
ILLAHI WIDIYANTO BUDIMAN
1500670,
KELAS A PGSD PENJAS
BIMBINGAN
DAN KONSELING
Comments
Post a Comment