PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS ATAU PENGKAJIAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU)
PEMBELAJARAN
BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS ATAU PENGKAJIAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG
LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas dalam matakuliah Bimbingan
dan Konseling, yang diampu oleh Drs. Rusli Ibrahim, M.A.
Oleh
:
Nama NIM
1. Sintia
Farida Utari 1501897
2. Susilo
Sudarman 1503976
3. Steppany
Reina 1502023
4. Teguh
Illahi Widiyanto B 1500670
5. Titi
Misti 1500164
PGSD PENDIDIKAN JASMANI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami lantunkan
kepada Dzat yang maha kuasa atas segala rahmat dan karunianya kepada kami,
hamba-Nya yang penuh dengan ketidak sempurnaan ini, namun dengan rahmat-Nya
kami yang tidak sempurna dapat menyeleseikan tugas ini dengan lancar dan tidak
ada hambatan yang begitu berarti.
Sepatah kata ini merupakan sebuah
pengantar dalam sistematika penyusunan makalah, walaupun isinya adalah ungkapan
syukur kami sebagai kelompok penyusun. Tapi semoga saja ungkapan syukur kami
juga bisa menjadi sebuah pengantar menuju kebarakahan dan ridho Allah sehingga
makalah ini mempunyai nilai guna yang lebih dan bermanfaat bagi semuanya.
Kesadaran kami akan ketidak
sempurnaan diri kami sehingga berdampak juga pada ketidak sempurnaan makalah
ini, maka dari itu kata maaf juga sudah selayaknya menjadi pengantar dalam
sistematika makalah ini dengan harapan pembaca dapat memaklumi atas ketidak
sempurnaan ini.
Terimakasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih ini
juga didasari atas ketidak sempurnaan kami sehingga kami harus dibantu oleh
banyak pihak.
Hormat
Kami
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..…… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….….. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...….. 1
A. Latar
Belakang …………………………………………………………… 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………………... 2
C.
Tujuan …………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 3
1. Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan ………………………… . 3
2. Model
– model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling yang Berorientasi Pada Pengembangan Individu
…………………………………. 5
3. Prinsip
– prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling…. 8
4. Teknik
– Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling … 10
5. Ciri
– Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling ………… 13
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….. 15
KESIMPULAN ………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berangkat dari sebuah fenomena,
fakta serta realita yang terjadi di dunia pendidikan. Fakta yang menyaratkan
adanya sebuah kesenjangan antara sistem pembelajaran serta metode dengan
pribadi seorang siswa secara psikologi.
Kondisi Psikologi siswa merupakan
faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran sedangkan pada
kenyataanya hal itu seringkali diabaikan karena terikat pada suatu kurikulum
dan sistem yang berlaku.
Sistem serta model pembelajaran
seperti itulah yang sudah seharusnya kita kritisi, sistem serta model
pembelajaran yang tidak mensyaratkan keberpihakannya terhadap kondisi psikologi
siswa. Karena sistem itu sudah jelas-jelas tidak sesuai dengan kondisi
kemanusian saat ini. Kondisi kemanusiaan yang saat ini menjadi lebih komplek
dan dihadapakan pada permasalahan sosial yang begitu kompleks pula.
Permasalahan-permasalahan itu akan
berdampak besar pada ketercapaian tujuan dari pendidikan, sehingga kita tidak
bisa menunggu lama untuk dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang
akan terjadi sebagai dampak dari model pembelajaran yang saat ini dirasakan
kurang tepat untuk digunakan.
Ini bukanlah tugas pemerintah,
guru, atau lembaga-lembaga pendidikan saja. Ini merupakan tugas kita semua.
Apalagi kita adalah mahasiswa PGSD Penjas UPI yang notabene disiapkan untuk
menjadi pendidik siswa di jenjang sekolah dasar. Maka dari itu jangan sampai
kita mengulangi kesalahan yang sama. Kita harus menjadi generasi pelurus
memberikan kontribusi positif untuk dunia pendidikan
Dunia pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam
mengajar dikelas. Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk memahami setiap
kebutuhan siswa yang dibutuhkan dalam tahap perkembangannya. Maka tak heran,
seorang guru mempunyai latar belakang pemahaman peserta didik sebelum terjun
dalam dunia pendidikan yang sebenranya. Memahami setiap peserta didik sangat
perlu dilakukan, karena setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda, masalah
yang berbeda sehingga membutuhkan solusi yang berbeda pula.
Di zaman modern ini, sangat kuno jika dalam pembelajaran
dikelas guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi, dan lain sebagainya.
Hal ini disebut kuno karena sangat banyak digunakan dalam dunia pendidikan.
Seiring bergesernya paradigma yang menuntut siswa lebih aktif dibandingkan
gurunya, maka tak heran banyak inovasi dalam model dan metode pembelajaran yang
bisa digunakan guru dalam mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran
yang berbasis bimbingan.
Dari latar belakang diatas muncul pertanyaan besar, “lalu bagaimana
dan seperti apa model pembelajaran yang berpihak pada kondisi psikologi
siswa?”. Sebuah pertanyaan itulah yang menjadi latar belakang kami membahas
tentang “Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling” pada makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang mendasari adanya model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana
konsep model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana
Prinsip-prinsip umum model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling yang
berorientasi pada pengembangan individu?
4. Seperti
apa teknis model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
5. Apa
ciri-ciri model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
C. TUJUAN
1. mengetahui
alasan kenapa diadakannya model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling
2. mendeskripsikan
konsep model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling.
3. mendeskripsikan
prinsip-prinsip umum model pembelajaran berbasis bimbingan konseling.
4. menjelaskan
secara teknis model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling
5. mendeskripsikan
cirri-ciri model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Untuk mengetahui definisi dari
pembelajaran berbasis bimbingan, maka sebelumnya kita perlu mengetahui mengapa
pembelajaran harus berbasis bimbingan dan mengetahui apa itu pembelajaran dan
apa itu bimbingan.
Secara filosofis, manusia memiliki
potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten
power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum
tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan
perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Prestasi(achievment) sesuai dengan yang
diprediksikan.
Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki
kebebasan, kemerdekaan untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi
manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi
perubahan sistem nilai dalam kehidupan sosial budaya. Nilai menjadi hal yang
penting, oleh karenanya bimbingan dan konseling membantu individu memelihara,
menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah
mengembangkan diri.
Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing
untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja
yang cenderung semakin berubah dan meluas.
1.1 Konsep Bimbingan
Secara harfiah istilah “guidance”
dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to
pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Banyak
pengertian bimbingan dikemukakan oleh para ahli diataranya sebagai berikut.
Shertzer dan Stone (1971:40)
mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar
mampu memahami diri dan lingkungannya).”
Sunaryo Kartadinata (1998: 3)
mengartikannya sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan
optimal”. Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan
sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada
umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan
dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan optimal sebagai makhluk
sosial.
Dari definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai
upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal.
Membantu merupakan sesuatu yang tidak dirasakan sebagai paksaan, dan
makna bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan
diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta
didik sendiri, pembimbing hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam
bimbingan juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk :
a.
Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan
spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa
b.
Memberikan
dorongan dan semangat
c.
Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung
jawab
d.
Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah
perilakunya sendiri.
Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi
individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan
optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami
diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai
dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan
mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
1.2 Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah penyediaan
sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Sumber lain menyebutkan pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik
agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud
adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan
disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif
dan normatif.
Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu
sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya
berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan
sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang
positif dan normatif.
Maka dari itu, pembelajaran seyogyanya berlandaskan pada
prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang didasarkan pada:
a.
Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan)
b.
Dikembangkan dalam suasana membantu (helping
relationship):
·
Empati
·
Keterbukaan
·
Kehangatan Psikologis
·
Realistis
c.
Bersifat memfasilitasi
d.
Berorientasi pada:
§
Learning to be : belajar menjadi
§
Learning to learn : belajar untuk belajar
§
To work : belajar untuk bekerja dan berkarir
§
And to live together : belajar untuk hidup
bersama
§
Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal
2. Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling yang Berorientasi pada Pengembangan Individu.
Untuk membelajarkan siswa sesuai
dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru)
harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala
situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan
dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional
serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada
guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat
tinggi.
1. Model
Pemrosesan Informasi
Model
pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Teori pemrosesan informasi atau kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Asumsinya pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan outputdalam bentuk hasil belajar.
Menurut
Rusman (tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas
yang kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
1) Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa.
2) Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
3) Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
4) Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
5) Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
6) Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
7) Memberikan feedback terhadap
perilaku yang ditunjukkan siswa.
8) Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
9) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2.
Model
Personal
Perhatian
utama dari model personal ada pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal adalah model
pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi
terhadap pengembangan individu.
3.
Model
Interaksi Sosial
Model
pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field
theory). Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu
dengan masyarakat (learning to life together). Sehingga dengan model
pembelajaran ini, hal yang diharapkan dapat dikembangkan oleh siswa adalah
bagaimana berhubungan secara baik dengan masyarakatnya. Model interaksi sosial
ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
1) Kerja
kelompok
2) Pertemuan
kelas
3) Pemecahan
masalah sosial
4) Model
laboratorium
5) Bermain
peranan
6) Simulasi
social
4.
Model
Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran modifikasi
tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan
membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).
Model ini, lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang
tidak dapat diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan
terhadap tingkah laku belajar siswa.
5.
Model
Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran terpadu berbasis
budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya
lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Komponen
desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat mediadan sumber yang beragam dan
kontekstual, serta komponen penilaian menekankan pada penilaian proses dan
hasil. Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni pengondisian, penciptaan
makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
6.
Model Pembelajaran
Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Gracia (dalam Riadi, 2012) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai strategi belajar aktif, kelas tampak seperti mesin belajar dan
siswa; termasuk aktivitas belajar mereka sebagai bahan bakan yang menggerakan
mesin; siswa dikelompokkan oleh guru dalam empat sampai lima anggota dalam satu
tim; siswa-siswi tersebut heterogen dalam kemampuan dan jenis kelamin; mereka
tercampur antara kelas sosial, ras, etnik, dan agama.
Menurut Slavin (dalam Riadi, 2012)
tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Kemudian
Slavin (dalam Riadi, 2012) mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Langkah-langkah pembelajaran
Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20) adalah:
1) Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
2) Menyajikan
informasi
3) Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
4) Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
5) Evaluasi
6) Memberikan
penghargaan
7.
Model
Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (dalam Riadi, 2013)
pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru pada model pembelajaran
kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi
siswa. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru.
8.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut Glazer (dalam Nurfianti,
2011) mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu
strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks
dalam situasi yang nyata. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based
Learning menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
1) Orientasi
siswa pada masalah
2) Mengorganisasi
siswa
3) Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
4) Mengembangkan
dan menyajikan hasil
5) Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
3. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan
konseling.
Tugas guru di sekolah tidak hanya
mengajar, banyak tugas yang yang harus dikerjakan, ia harus membuat perencanaan
pengajaran yang sistematis untuk setiap pelajaran yang akan diberikan. Kemudian
dari rencana itu ia melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi dari proses
dan hasil pengajaran yang dilaksanakan. Didalam pelaksanannya itu, guru tidak
hanya memberikan pengajaran, akan tetapi guru juga harus memberikan bimbingan
kepada siswanya agar mereka mencapai perkembangan yang sesuai dengan
kemampuannya.
Bimbingan ketika mengajar yang
dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara
belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu
mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, memberikan
fasilitas belajar, dan lain-lain.
Berikut ini ada beberapa
prinsip-prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh guru sebagai pengajar
sekaligus pembimbing.
1.
Proses membantu individu
2.
Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
3.
Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang
dibimbing
4.
Pada batas tertentu perlu ada referral
5.
Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu
6.
Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
7.
Sejalan dengan visi dan misi lembaga
8.
Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang
bimbingan
9.
Ada sistem evaluasi yang digunakan
Dalam memberikan bimbingan
belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Bimbingan
belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup,
ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua
siswa bisa mempunyai masalah.
2. Sebelum
memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang
dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan
tersebut.
3. Bimbingan
belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta
faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan
jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
4. Bimbingan
belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan
individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa,
perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan
belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
5. Dalam memberikan
bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain.
Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah
lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang
harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
6. Orang tua adalah
pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang
tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari
tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali
dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan
belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan
guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua
belah pihak.
7. Bimbingan belajar
dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium, ataupun dalam
situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah.
Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat
mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum, dan
lain-lain. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum
pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun
di rumah.
Secara umum,
bimbingan yang dapat diberikan oleh guru atau dosen dalam kegiatan mengajar di
kelas adalah:
1. mengenal dan
memahami individu secara mendalam
2. memberikan
perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual
3. memperlakukan
individu secara manusiawi
4. memberi
kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal
5. menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan
Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau
suasana bernuansa bimbingan di kelas dalam proses belajar mengajar akan
tampak kondisi sebagai berikut:
1. Tercipta iklim
kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan siswa sebagai
subjek pengajaran
2. Adanya arahan
atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam bidang
studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan pembelajaran
3. Menerima dan
memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan memahami
kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya
4. Mempersiapkan
serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
individu
5. Membina hubungan
yang dekat dengan siswa, menerima siswa yang akan berkonsultasi dan meminta
bantuan
6. Guru berusaha
mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan,
dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan bidang studi
yang diajarkannya
7. Memberikan
bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan
dengan bidang studi yang diajarkannya
8. Pemberian
informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan atau karier
9. Memberikan
bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing siswa
agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan
layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
12. Bekerja sama
dengan guru, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam memebrikan
bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
13. Memberikan umpan
balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan
pelayanan rujukan (referal) bagi siswa yang memliki
kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri.
4. Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling
Ada beberapa macam
teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan individu,
yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mengajar
bernuansa bimbingan.
1.
Konseling
Konseling merupakan bantuan yang
bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu.
Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan individu.
Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang mengalami kesulitan
jiwa, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan,
pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Dalam konseling terdapat hubungan
yang akrab dan dinamis. Individu merasa diterima dan dimengerti oleh konselor.
Dalam hubungan tersebut, konselor menerima individu secara pribadi dan tidak
memberikan penilaian. Individu (konseli) merasakan ada orang yang mengerti
masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya.
Dalam
konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu) dapat
mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis
dalam kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta
hubungan pribadi yang unik dank has, dengan hubungan tersebut individu
diarahkan agar dapat membuat keputusan, pemilhan, dan rencana yang bijaksana,
serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling
membantu individu agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan
memimpin diri sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Proses
konseling lebih bersifat emosional diarahkan pada perubahan sikap, perubahan
pola-pola hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan
terjadi perubahan perilaku dan penyelesaian masalah.
2.
Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang
dapat diberikan oleh konselor ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya
memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Berdasarkan masalah atau kesulitan yang
dihadapi oleh klien (individu)
2) Diawali dengan menghimpun data yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi
3) Nasihat yang diberikan bersifat
alternatif yang dapat dipilih oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan
dan kegagalan
4) Penentuan keputusan diserahkan kepada
individu, alternatif mana yang akan diambil, serta
5)
Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang
diambilnya
3.
Bimbingan
Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan
bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok dapat beruapa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas
masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan
dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12
orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pemberian
informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan
pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas , serta meraih masa depan dalam
studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan,
penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Pemberian informasi banyak
menggunakan alat-alat dan media pendidikan seperti, OHP, kaset audio-video, film,
bulletin, brosur, majalah, buku, dan lain-lain. Kadang-kadang konselor
mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah (informasi) tentang hal-hal
tertentu.
Pada umumnya aktivutas kelompok menggunakan prinsip dan proses
dinamika kelompok seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran,
simulasi dan lainnya. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena
selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran
pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah.
4.
Konseling
Kelompok
Konseling kelompok merupakan
bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat penvegahan dan
penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan bersifat pencegahan dalam arti,
bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau berfungsi
secara wajar dalam masyarakat, tetapi, memiliki beberapa kelemahan dalam
kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.
Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan
individu, dalam arti memberikan kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada
individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya
selaras dengan lingkungannya.
Konseling kelompok merupakan proses antarpribadi yang dinamis,
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar, serta melibatkan fungsi-fungsi
terapi, sperti permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling
mempercayai, salingmemperlakukan dengan hangat, saling pengertian, saling
menerima dan mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan
dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling mempedulikan diantara para
peserta konseling kelompok. Individu dalam konseling kelompok pada dasarnya
adalah individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan kemampuan, serta
persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong sakit, hanya
kekeliruan dalam penyesuaian diri. Individu dalam konseling kelompok
menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan
terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari atau
menghilangkan sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.
5.
Belajar
Bernuansa Bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam
belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan
waktu belajar. Secara umum bimbingan yang dapat diberikan guru/dosen sambil
mengajar adalah: (1) mengenal dan memahami individu secara mendalam, (2)
memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual, (3)
memperlakukan individu secara manusiawi, (4) member kemudahan untuk
mengembangkan diri secara optimal, dan (5) menciptakan suasana kelasyang menyenangkan.
Suasana kelas dan proses
belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip bernuansa bernuansa bimbingan
tampak sebagai berikut.
1. Tercipta iklim
kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan individu sebagai
subjek pengajaran.
2. Adanya arahan/orientasi
agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang
diajarkannya, maupun dalam keseluruhanperkuliahan.
3. Menerima dan
memperlakukan individu sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan
memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
4. Mempersiapkan
serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
individu.
5. Membina hubungan
yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan berkonsultasi dan
meminta bantuan
6. Dosen/guru
berusaha mempelajari dan memahami individu untuk menemukan kekuatan, kelamahan,
kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan
bidang studi yang diajarkannya.
7. Memberikan
bentuan kepada individu yang menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan
dengan bidang studi yang diajarkannya.
8. Pemberian
informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan/karier
9. Memberikan
bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing
individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan
layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya
12. Bekerja sama
dengan dosen, wali kelas,konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam memberikan
bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
13. Memberikan umpan
balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan
pelayanan rujukan (referal)bagi individu yang memiliki kesulitan yang tidak
dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
5. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
Pembelajaran
berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
1. Diperuntukkan
bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang
berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual peserta didik
2. Sangat
memperhatikan keamanan psikologis peserta didik baik dalam proses pembelajaran
atau disaat prosesi istrahat
3. Memperlakukan
peserta didik sebagai individu yang unik dan sedang berkembang;
4. Mengakui murid
sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan;
5. Penuh
penghargaan
6. Pemberian reward
untuk semua prestasi peserta didik baik itu prestasi yang besar ataupun yang
kecil sekalipun. Contohnya disaat ada murid yang tiba- tiba bisa menjawab
pertanyaan gurunya lalu disana diberilah reward ‘pujian’. Tujuannya agar murid
mampu secara komprehensif mengendalikan emosi semangatnya agar tetap stabil dan
tidak menurun. Karna terbukti disaat seseorang dipuji atas kebisaannya maka
gelora semangat akan muncul secara menggebu. Maka dari itu hal inilah yang
harus dimanfaatkan untuk pembimbingan anak.
7. Menghindari
hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
Disaat orang disentuh fisiknya tidak lebih baik dari pada disentuh secara
psikologis atau mental.
8. Demokratis bahwa
disetiap pembelajaran yang berbau bimbingan pembimmbingan wajib mendengarkan
suara peserta didik terlebihdahulu.agar terjadi
komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam dan runut.
9. Terarah ke
pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal; dan
10. Disertai dengan
berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat,
potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara filosofis, manusia memiliki
potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten
power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum
tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan
perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Prestasi(achievment) sesuai dengan yang
diprediksikan.
Bimbingan adalah suatu proses
berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal. Perkembangan itu bisa meliputi kepribadian, akademik
dan lain sebagainya yang selanjutnya akan disebut sebagai tugas perkembangan.
Dengan demikian pembelajaran
berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran
yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan tetapi
dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau
peserta didik yang positif dan normatif.
Adapun Bimbingan ketika mengajar
yang dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran,
cara belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi,
membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas,
memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain
Dengan demikian Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila
guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan
Konseling.[Online]. Diakses dari : https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Budiman, N. (2009). Strategi Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI Bandung
Faraswati, F. (2015). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan.[Online].
Diakses dari : http://faraswati.blogspot.co.id/2015/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Fajrin, R. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan. [Online]. Diakses dari : http://fajrini.blogspot.co.id/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Yantika, N. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan.[Online].
Diakses dari : http://novatyantika.blogspot.co.id/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Yusuf, S, L.N & Juntika, A. Nurisan.(2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Program Pascasarjana Upi & PT Remaja Rosdakarya
Comments
Post a Comment