TEGUH ILLAHI WIDIYANTO BUDIMAN
1500670. KELAS A PGSD PENJAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MANUSIA, AGAMA , DAN
ISLAM
Manusia adalah makhluk yang
sadar ketuhanan. oleh karena itu, beragama merupakan kebutuhan fitri manusia
yang harus disalurkan. Satu-satunya wadah yang tepat untuk menyalurkan rasa
keberagamaan adalah agama. Islam diberikan Allah sebagai hidayah bagi manusia
dalam menempuh kehidupan di dunia ini agar mendapat kebahagiaan yang hakiki,
lahir-batin.
Beragama Sebagai Kebutuhan
Fitri
Manusia terdiri atas dimensi fisik dan non-fisik yang bersifat
potensial. Dimensi non-fisik ini terdiri atas berbagai domain rohaniah yang
saling berkaitan, yaitu jiwa (psyche),fikiran (ratio), dan
rasa (sense). Yang dimaksud rasa di sini adalah kesadaran
manusia akan kepatutan (sense of ethic), keindahan (sense
of aesthetic), dan kebertuhanan (sense of theistic).
Rasa kebertuhanan (sense of
theistic) adalah perasaan pada diri seseorang yang menimbulkan keyakinan akan
adanya sesuatu yang Mahakuasa di luar dirinya (transendence) yang menentukan
segala nasib yang ada. Perasaan ini mendorongnya pada keyakinan akan adanya
Tuhan atau sesuatu yang perlu dipertuhankan yang menentukan segala gerak
kehidupan di alam ini.
Keyakinan akan adanya Tuhan
dicapai oleh manusia melalui tiga pendekatan, yaitu :
1. Material
experience of humanity; argumen membuktikan adanya Tuhan melalui
kajian terhadap fenomena alam semesta.
2. Inner
experience of humanity, argumen membuktikan adanya Tuhan melalui
kesadaran batiniah dirinya.
3. Spiritual
experience of humanity, argumen membuktikan Tuhan didasarkan pada
wahyu yang diturunkan oleh Tuhan melalui utusan-Nya.
Keyakinan akan adanya Tuhan ini menimbulkan suatu kecenderungan
pada manusia untuk berhubungan dengan-Nya dan kerinduan untuk mendapatkan
perlindungan dan bantuan-Nya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan sarana untuk
menyabarkan kecenderungan dan kerinduan ini. Dalam hal ini, agama merupakan
sarana yang paling representatif untuk kepentingan ini. Dalam menyalurkan dan
mengembangkan fitrah keberagamaan ini, manusia secara individual mengadopsi
salah satu agama yang telah terlembagakan, baik melalui proses pewarisan orang
tua atau pilihan sendiri secara sadar. Meskipun demikian, ada juga segolongan
manusia yang membunuh fitrah keagamaan ini dengan menolak segala ajaran agama
dan menafikan adanya Tuhan.
Pengertian Dan Asal-Usul Agama
Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di mana
penganut-penganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral, atau sosial
atas dasar aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu, umumnya suatu agama mencakup
aspek aspek sebagai berikut :
1. Aspek kredial, yaitu ajaran
tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini.
2. Aspek ritual, yaitu ajaran
tentang tata-cara berhubungan dengan Tuhan untuk minta perlindungan dan
pertolongan-Nya atau untuk menunjukkan kesetiaan dan penghambaan.
3. Aspel moral, yaitu ajaran
tentang aturan berperilaku dan bertindak yang benar dan baik bagi individu
dalam kehidupan.
4. Aspek sosial, yaitu ajaran
tentang aturan hidup bermasyarakat.
Dalam keempat aspek ini,
tiap-tiap agama memiliki penekanan yang berbeda-beda.
Melihat asal-usul terbentuk dan
berkembangnya suatu agama sebagai sebuah lembaga kepercayaan dapat
dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
Pertama, agama yang muncul dan
berkembang dari budaya masyarakat. Pada awalnya seringkali muncul sebagai
reaksi pada lingkungan alam tempat sekelompok manusia hidup. Pada agama sejenis
ini, sistem kepercayaan serta ritus-ritus dan aturan-aturan perilaku seringkali
terkait dengan keadaan lingkungan alamnya, seperti pemujaan terhadap gunung
yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Tuhan. Agama sejenis ini dapat
disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi (dalam bahasa Arab disebut Ardli),
seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama primitif dan tradisional.
Kedua, agama yang disampaikan
oleh orang-orang yang mendapat wahyu dari Tuhan dan ajaran-ajaran yang mereka
sebarkan juga berasal dari Tuhan. Dalam agama ini, pendiri (penyebar pertama)
agama tidak menjadi sentral ajaran, tapi hanya berfungsi sebagai penyampai
kepada ummat manusia. Agama sejenis ini disebut agama wahyu atau agama langit
(dalam bahasa Arab langit disebut samawi), yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Ketiga, agama yang berkembang
dari pemikiran seorang filosof besar. Dia tidak mengaku dan mengklaim bahwa
dirinya mendapatkan wahyu dari Tuhan, tetapi dia memiliki pemikiran pemikiran
yang mengagumkan tentang konsep-konsep kehidupan sehingga banyak orang yang
mengikuti pandangan hidupnya dan kemudian melembaga sehingga menjadi
kepercayaan dan ideologi bersama suatu masyarakat. Agama semacam ini dapat
dinamakan sebagai agama filsafat. Dalam kelompok ini dapat dimasukkan
agama-agama seperti Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster, atau Budha.
Agama-Agama Besar
Di antara sekian banyak agama yang ada di permukaan bumi, ada
beberapa agama yang dianggap besar karena banyak penganutnya dan
ajaran-ajarannya sistematis, yaitu: Agama Kristen, Agama Katolik, Agama Islam,
Agama Hindu, Agama Budha, Agama Kong Hu Chu, Agama Shinto, Agama Yahudi, Agama
Zoroaster, dll. Di antara agama-agama tersebut ada yang bersifat kebangsaan
(nasional) dan ada yang bersifat mendunia (mondial). Yang bersifat kebangsaan
adalah agama yang identik dengan suatu bangsa atau ras tertentu dan bangsa
penganutnya mengklaim bahwa agama tersebut sebagai miliknya saja, sedangkan
bangsa atau ras lain tidak harus menjadi pengikut dan penganutnya, seperti
Yahudi bagi bangsa Yahudi dan Hindu bagi bangsa India atau Kong Hu Chu bagi
bangsa Cina, Shinto bagi orang Jepang. Sedangkan agama mondial adalah agama
yang mengklaim sebagai agama untuk seluruh bangsa. Oleh karena itu,
ajaran-ajarannya disebarkan kepada seluruh bangsa di dunia. Agama sejenis ini
disebut agama mesianis, seperti agama Islam, agama Kristen dan Budha.
Islam Sebagai Agama Fitrah
Allah berfirman dalam AI-Quran yang terjemahannya :
"Maka hadapkanlah arah hidupmu secara lurus pada ajaran agama
ini (Islam). Agama yang selaras dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan
padanya sejak awal penciptaan". (Al-Rum/30: 30).
Islam adalah sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah Swt.
diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad
saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah tentu
ajaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam arti
pembawaan asal manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal
penciptaan) dengan segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau
masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu dikembangkan dan diarahkan
oleh ihtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensi fisik atau non
fisik, yaitu akal, nafsu, perasaan dan kesadaran (qalb), dan
ruh.
Berbicara masalah keselarasan ajaran Islam dengan fitnah
kemanusiaan tidak berarti bahwa ajaran Islam selalu mewadahi dan mengakomodasi
kecenderungan-kecenderungan yang dibawa oleh sifat dari setiap unsur fitrah
tersebut. Hal ini karena setiap unsur dari fitrah memiliki karakter dan
kecenderungan yang berbeda (kearah yang positif, negatif atau netral). Oleh
karena itu, Islam mengarahkan fitrah-fitrah ini kepada hal-hal yang konstruktif
bagi kehidupan manusia, baik individual ataupun komunal tanpa membunuh potensi
yang dimiliki oleh setiap jenis fitrah tersebut. Dengan arahan ajaran Islam,
fitrah kemanusiaan akan membawa manusia ke arah kebaikan baik bagi dirinya atau
yang lainnya, baik kebaikan personal atau kebaikan komunal.
Sebagai misal, akal sebagai instrumen untuk berfikir sangat
penting dan menentukan bagi hidup manusia tetapi dalam mengembangkan kemampuan
akal manusia memiliki kecenderungan malas dan kurang minat. Oleh karena itu,
ajaran Islam mendorong manusia agar mau berfikir dan mengembangkan kemampuannya
serta mengaktifkannya sehingga terus hidup dan terus bekerja. Meskipun
demikian, akal manusia memiliki sifat liar tak terkendali. Ajaran Islam
membimbing manusia ke arah mana manusia harus berfikir.
Nafsu adalah unsur pendorong gerak pada manusia sehingga manusia
menjadi dinamis, tanpa nafsu hidup manusia akan statis. Tapi bersamaan dengan
itu, nafsu memiliki potensi membawa manusia pada akibat buruk bagi kehidupan
apabiia tidak dikendalikan. Oleh karena itu, ajaran Islam mengendalikan arah
perkembangan nafsu ini tanpa membunuhnya, dan dalam batas tertentu mengeremnya
agar tidak menjerumuskan manusia pada kebinasaan.
Nama, Pengertian, Dan Misi
Islam
1.
Nama
Agama : ISLAM
Allah berfirman dalam Al-Quran yang terjemahannya"
"Pada hari ini Aku lengkapkan agamamu dan Aku sempurnakan
nikmat-Ku atasmu dan Aku ridla Islam sebagai agamamu'° (Q,s, Al-Maidah/5:3)
Islam adalah nama yang
ditetapkan Allah Swt, secara eksplisit di dalam AI-Quran untuk sistem ajaran
ketuhanan yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw, kepada ummat manusia.
Oleh sebab itu, Islam sebagai suatu sistem ajaran tidak boleh disebut dengan
sebutan lain, baik dinisbatkan kepada nabi pembawanya seperti MOHAMEDAIVISM
atau kepada bangsa pemeluknya, misalnya Arabism, karena Islam adalah sistem
ajaran yang berasal dari Allah. Islam adalah sistem ajaran bagi seluruh ummat
manusia di dunia bukan untuk bangsa atau ras dan suku bangsa tertentu saja.
Orang yang menganut, memeluk
dan mengikuti ajaran Islam disebut muslim Setelah menjadi seorang muslim,
seseorang tidak boleh lagi disebut kafir dan diperlakukan seperti orang kafir,
Sabda Nabi saw. "°Siapa mengkafii-kan seorang muslim
(penganut Islam), ia sendlrl telah kafir"
2.
Pengertian
Islam
Islam secara etimologis berasal dari tiga akar kata :
a. Salam; artinya damai atau kedamaian,
b. Salamah; artinya keselamatan,
c. Aslama; artinya berserah diri atau
tunduk patuh.
Melihat akar katanya, kata
islam dapat mengandung makna sebagai berikut :
·
Memasuki
kedamaian dan menciptakan rasa damai dalam kehidupan,
·
Menemukan
keselamatan atau terbebas dari bencana, baik bencana hidup di dunia atau
bencana hidup di akhirat,
·
Berserah
diri atau tunduk patuh pada aturan-aturan hidup yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt.
Secara terminologis, Islam
adalah satu sistem ajaran ketuhanan (agama) yang berasal dari Allah Swt. yang
disampaikan kepada ummat manusia melalui risalah yang diterima oleh Nabi Muhammad
saw. Oleh karena itu, sebutan Islam sebagai nama suatu agama, hanya berlaku
secara eksklusif untuk agama yang dianut oleh pengikut Nabi Muhammad saw.
3.
Misi
Agama Islam
Selaras dengan arti dan makna
etimologisnya, Agama Islam melalui semua ajaran-ajaran yang disampaikannya
mengandung tiga misi, yaitu :
a.
Mengajar
manusia untuk tunduk patuh (aslama) pada aturan-aturan Allah (submission
to the will of God) dalam menjalani kehidupannya di dunia.
b.
Membimbing
manusia untuk menemukan kedamaian dan dalam menciptakan kedamaian.
c.
Memberikan
jaminan kepada manusia untuk mendapatkan keselamatan dan terbebas dari bencana
hidup baik di dunia atau di akhirat.
Sekalipun sebutan Islam sebagai
nama agama hanya berlaku secara eksklusif bagi sistem ajaran ketuhanan yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. namun misi ajaran Islam seperti disebutkan
di atas adalah juga misi ajaran ketuhanan yang telah disampaikan oleh para nabi
dan rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, semua ajaran
Allah bagi ummat manusia yang disampaikan oleh semua nabi atau rasul, pada
hakekatnya adalah Islam juga (sekalipun tidak disebut dengan nama Islam).
Dengan, demikian, para nabi atau rasul dalam Al-Quran menyebut dirinya muslim
dan menyuruh umatnya agar manjadi muslim sampai mati. Allah berfirman dalam
AI-Quran yang terjemahnya:
Ibrahim berwasiat dengannya (yaitu dengan Islam), juga Ya’kub:
"Wahai anak anakku sesungguhnya Allah telah memilihkan untukmu suatu agama
(yang benar), maka janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan muslim
(dalam tunduk patuh pada ajaran Allah)". (Q.s. Al-Baqarah/2: 132)
Islam Sebagai Hidayah
(Petunjuk) Dalam Kehidupan
Allah swt. berfirman yang terjemahannya :
Nanti akan Aku berikan
kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku
tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam
kehidupan) dan tidak akan bersedih hati (Q.s. Al-Baqarah/2 : 38).
1. Hidayah Allah untuk Manusia
Hidayah artinya "petunjuk
yang diberikan oleh Allah kepada makhluk hidup agar mereka sanggup menghadapi
tantangan kehidupan dan menemukan solusi (pemecahan) bagi persoalan hidup yang
dihadapinya". Hidayah merupakah alat bantu yang diberikan oleh Allah
kepada makhluk hidup untuk mempermudah menjalani kehidupannya.
Ada empat tingkat hidayah yang
diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu
1. Hidayah ghariziyah (bersifat instinktif),
disebut juga hidayah fitriyyah, yaitu
petunjuk untuk kehidupan yang diberikan oleh Allah Swt. bersamaan dengan
kelahiran berupa kemampuan jadi dalam menghadapi kehidupan sehingga sanggup
untuk survive (bertahan hidup).
2. Hidayah hissiyah (bersifat indrawi), yaitu
petunjuk berupa kemampuan indra dalam menangkap citra lingkungan hidup sehingga
ia dapat menentukan lingkungan mana yang sesuai dengannya (kemampuan adaptif)
sehingga menemukan kenyamanan dalam menjalani kehidupan (secara fisikal).
3. Hidayah aqliyah (bersifat intelektual),
yaitu petunjuk yang diberikan Allah berupa kemampuan berfikir sehingga mampu
mengolah segala informasi yang ditangkap melalui indra. Dengan kemampuan ini
manusia memiliki kemampuan mengembangkanilmu
pengetahuan, memanipulasi dan merekayasa lingkungan untuk menciptakan
kemudahan, kesejahteraan dan kenyarnanan hidupnya.
4. Hidayah diniyah (berupa ajaran agama), yaitu petunjuk yang diberikan Allah Swt. berupa
ajaran-ajaran praktis untuk diterapkan dalam meniti kehidupan secara individual
dan menata kehidupan secara komunal sehingga manusia mendapatkan kebahagiaan
dan kenikmatan hakiki dan ketenangan batin dalam menjalani kehidupannya.
Hidayah ketiga dan keempat ini
hanya diberikan kepada manusia. dengan kedua jenis hidayah inilah manusia
berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Hidayah aqliyah (kemampuan intelektual)
manusia berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan binatang (demikian
pula dengan jin dan malaikat). Hidayah diniyah (petunjuk agama), manusia dapat
mencapai ke tingkat yang lebih tinggi dari malaikat sekalipun.
Hidayah-hidayah ini merupakan
alat bantu bagi manusia untuk mempermudah menjalani kehidupan sehingga
diperoleh kemampuan melanjutkan kehidupan (survival), keluasan, kepuasan
(comfort) dan kenikmatan lahir bathin dalam kehidupan.
Bagi manusia, hidayah ghariziyah (instinktif) merupakan alat
bantu sementara, hidayah hissiyah (indrawi) alat bantu mediatif
(antara), hidayah aqliyah (intelektual) alat bantu pengembangan, dan hidayah diniyah (agama) alat bantu
penyempurnaan, yaitu mencapai kebahagiaan hakiki.
2. ISLAM, Satu-satunya Hidayah Agama
dari Allah Swt.
Untuk membimbing manusia dalam
meniti dan menata kehidupan, Allah menurunkan agama Islam sebagai pedoman yang
harus dijadikan referensi dalam menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia
akan terbebas dari segala kebingungan dan
kesesatan.
Firman Allah yang terjemahannya
:
Nanti akan Aku berikarr
kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku
tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam
kehidupan) dan tidak akan bersedih hati (Q.S, Al--Baqarah/2 :.38).
Allah Swt. menegaskan bahwa
satu-satunya hidayah yang benar yang diridla-Nya itu adalah agama Islam.
"Sesungguhnya agama di
sisi Allah hanyalah ISLAM". Q.S. Ali
Imran/3: 19)
“Pada hari ini Aku lengkapkan bagimu agamamu dan Aku sempurnakan
nikmat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam sebagai agamamu”. (Q.S, Al-Maidah/5:3)
Dalam kedudukan sebagai hidayah
bagi kehidupan manusia di dunia agama ISLAM dapat berperan dan berfungsi
sebagai :
1.
Pemberi
makna bagi perbuatan manusia.
2.
Alat
kontrol bagi rasa dan emosi.
3.
Pengendali
bagi nafsu yang berkembang.
4.
Pemberi
reinforcement (dorongan) terhadap kecenderungan berbuat baik pada manusia.
5.
Penyeimbang
bagi kondisi psikis yang berkembang.
Comments
Post a Comment