RESUME KEIMANAN
DAN KETAQWAAN
Pengertian
Iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok
kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga
berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ
يَتَّخِذُ مِنْ
دُونِ
اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗوَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ
الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Artinya
:
“Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy
1) Al-Imaam
Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :
الإيمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة
“Iman
dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy
menukil perkataannya :
الإيمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل بالأركان
“Iman
dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan
anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2) Imaam Ibnu
‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
أجمع أهل الفقه والحديث على أن الإيمان قول وعمل، ولا عمل إلا
بنية
“Para
ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan
perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].
3) Al-Imaam
Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
حقيقة الإيمان مركبة من قول وعمل. والقول قسمان : قول القلب،
وهو الاعتقاد، وقول اللسان، وهو التكلّم بكلمة الإسلام. والعمل قسمان : عمل القلب،
وهو نيته وإخلاصه، وعمل الجوارح. فإذا زالت هذه الأربعة، زال الإيمان بكماله، وإذا
زال تصديق القلب، لم تنفع بقية الأجزاء
“Hakekat
iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati,
yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam
(mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan
hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang
keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila
hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang
lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala
keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan
rasulNya.
Wujud
Iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya
berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk
berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala
sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama
Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan
atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia
terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu
menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang
diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud
Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1. Ilahiyah
: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah :
Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah
: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Sam’iyah
: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i
Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina
Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan
bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi
rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu
bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan
dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi
bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak
semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk
“perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan
bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan
menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan,
menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.
Koheresi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah
tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid
praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat,
keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan
pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah
pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang
menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah,
berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari
tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah)
lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah
adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah
selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan
menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam
pengertian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan
Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa
mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah
bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid
yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan
praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan
keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan
sehari-hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan
amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks.
Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan
percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam
syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Teguh
Illahi Widiyanto Budiman
1500670,
kelas A PGSD PENJAS
Pendidikan
Agama Islam
Comments
Post a Comment