MEMBANGUN MASYARAKAT BERBASIS MASJID
Masjid merupakan wahana atau tempat yang
digunakan umat islam untuk melakukan aktifitas ibadah. Tidak kalah pentingnya
masjid juga mempunyai peranan yang sangat dibutuhkan umat islam dalam
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam itu sendiri. Basis
yang digunakan dalam manajemen masjid tidak terlepas dari fungsi masjid itu
sendiri untuk dapat dijadikan sebagai sarana pendukung umat islam untuk
memperbaiki dan dituntut dapat mengamalkan kemurnian islam itu sendiri. Masjid
adalah tempat yang sudah sangat banyak kita jumpai di desa, di kota, di
kompleks perumahan, dan bahkan kita juga bisa menjumpai masjid di pusat
perbelanjaan seperti swalayan, Ramayana, ITC, dan mal-mal yang merupakan tempat
yang sering dikunjungi setiap orang. Jadi tidak ada alas an bagi kita untuk
meninggalkan perintah ALLAH yakni dengan memakmurkan masjid (Rumah ALLAH).
A.
LANDASAN TEORI
إِنَّمَا
يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ
أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Yang artinya :
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Terlepas
dari firman ALLAH diatas maka kita juga harus melihat sistematika nuzulnya
wahyu yang merupakan pola dasar dalam melakukan pembinaan untuk menerapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam didasarkan pada urutan turunya
wahyu kepada Rasulullah. Mulai dari surah Al-‘Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil,
Al-Mudatstir dan Al-Fatihah.
Menggugah
Kesadaran dengan Al-‘Alaq
Membaca dalam cakupan iqra’
mempunyai arti yang seluas-luasnya, bukan hany tekstual saja, karena mencakup
pilihan jalan hidup. Disamping itu islam bukanlah dogma, melainkan konsep yang
harus di hayati dengan kesadaran penuh. Islam tidak menghendaki umatnya
menjalankan aktifitas agamanya secara taklid. Islam adalah agama kesadaran, ad-diinu
‘aqlun, laa diina li man laa ‘aqlahu. Agama adalah kesadaran, tidak sempurna
agama seseorang yang tidak memiliki kesadaran.
Meniti
Jalan dengan Al-Qalam.
Yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah
kuatnya keyakinan akan kebenaran laa ilaha illallah. Ini dibutuhkan untuk
memberikan kekuatan moral ditengah runyamnya kehidupan. Sebagai mana diketahui
pada masa ini suatu kebenaran bisa menjadi bahan olokan sementara tindak
kemungkaran justru diagung-agungkan atau dibangga-banggakan.
Membentuk
Watak dengan Al-Muzzammil
Semua aktifitas menuntut persyaratan pribadi.
Untuk menggerakkan cita-cita menegakkan peradapan islam perlu keutuhan dalam
menampilkan diri sebagai seorang muslim sejati. Identitas ini bahkan harus
melekat dimanapun kita berada, bukan hanya kita menggunakan identitas ini
ketika kita berada di muka umum.
Menyatukan
Langkah dengan Al-Muddatstir
Dalam tahapan ini, selain umat islam dituntut
untuk bisa berorganisasi secara rapi, juga harus mampu mnyeruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Tahapan ini bisa dilakukan dengan sukses
bila persyaratan dari tahapan awal sampai ketiga bisa dipenuhi.
Berislam
Kaffah dengan Al-Fatihah
Dengan dimasukinya tahapan ini, tersirat
keberhasilan sebuah perjuangan yang mengarah pada terwujudnya masyarakat yang
penuh dengan rahmat. Namun kita harus menyadari bahwa semua ini bergantung pada
keputusan ALLAH SWT.
Nama : Teguh Illahi Widiyanto Budiman
NIM : 1500670
Matkul : Pendidikan Agama Islam
Comments
Post a Comment